Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) merupakan organisasi di Indonesia yang berfokus pada studi kesusastraan. Pada hari Sabtu tanggal 16 bulan Maret 2024 ini HISKI bersama ketiga Ketua Komisariat HISKI Univ. Widya Dharma, Surabaya dan Univ. Sanata Darma menyelenggarakan Tukar Tutur Sastra. Acara ini disenggarakan secara online melalui zoom dengan moderator Ibu Dr. Endah Imawati, M.Pd dan dengan pembicara Bapak Imron Wakhid Harits, Ph.D., Ibu Dr. Nanik Herawati, M.Hum., serta Bapak Dr. Gabriel Fajar SA, M.Hum.
Narasumber pada acara Tukar Tutur Sastra ini mengangkat tema tema tren terbaru dari sastra. Bapak Imron Wakhid Harits, Ph.D., membawakan materi tentang “Tradisi Cerita Anak Nusantara : Tinjauan Transformasi Budaya”. Narasember kedua yakni Ibu Dr. Nanik Herawati, M.Hum., membawakan materi tentang Ngidung Wengi “Rumekso Ing Wengi” Tradisi Lisan masyarakat Jawa. Sedangkan Narasumber ketiga, Bapak Dr. Gabriel Fajar SA, M.Hum., membawakan materi tentang “Poskolonialitas Indonesia dalam Perspektif Realisme Tentralogi Promoedia”.
Ibu Dr. Nanik Herawati, M.Hum., dalam paparannya menyampaikan bahwa Kidung Rumeksa ing wengi merupakan bentuk tradisi lisan dan merupakan wujud kearifan lokal sebagai bagian dari budaya Jawa. Tradisi pewarisan kidung rumeksa ing wengi secara horizontal berupa tuturan dari teman ke teman, dari tetangga satu ke tetangga lain, dari desa ke desa, dari kota ke kota. Sedangkan pewarisan kidung wengi secara vertical bisa terjadi dari kakek nenek ke cucu, dari ibu atau bulik atau budhe ke anak atau keponakan. Bisa saja terjadi saat pewarisan kidung itu terjadi perubahan beberapa kosa kata. Perubahan bisa terjadi di awal pupuh, namun meski berubah kosa katanya maknanya tetap sama atau hampir sama. Namun pada zaman sekarang ini untuk bisa ngidung wengi bisa belajar dari media sosial, dari youtube, dari video, dari wag. Masyarakat Jawa telah melaksanakan ritual salah satunya dengan ngidung wengi untuk menentramkan jiwanya.